Menurut pandangan sebahagian para ulama memaknai santri dalamkepribadian yang sesungguhnya, Meninjau dari segi kata “santri“ itusndiri, para ulama menafsirkan bahwasanya kata “santri” itu tersusun,terdiri dari beberapa huruf abjad yang masing-masing hurufnya itu mempunyaisambungan kata dan kandungan arti yang sangat mendalam, dan perlu diperhatikanbagi para santri model sekarang ,yang mana kebanyakan dari santri model zamansekarang ini jarang mengamalkan dan mengimplementasikan dan sedikit mempunyaikepribadian yang ada dalam kandungan arti dari santri itu sendiri.bahkanmungkin sama sekali tidak mempunyai kredibilitas santri pada hakikatnya,
Kata“SANTRI” terdiri dari huruf abjad ( ا /س ن ت ر ي ) masing-masing hurufnyamempunyai sambungan kalimat dan mempunyai kandungan arti tersendiri,berikut kami rinci satu persatu :
Yang pertama huruf (S/س) mempunyai sambungan kata “ سَاتِرُوْنَعَنِ اْلعُيُوْبْ” yaituorang-orang yang menutupi aib orang lain. Hal ini sesuai dengan hadist yangpernah diungkapkan oleh Al alim Mu mar Ch Lc dalam kegiatan ta’limnya.Yaitu ;” مَنْ سَتَرَ عَيْبَ الْمُؤْمِنْ سَتَرَهُاللهُ عُيُوبُهُ”,,barangsiapa yang menutupi satu aib orang mu’min maka Allah akan menutupi beberapa aibnya ,,dengan ini Allah membalas dari satu aib orang mu’min yang ditutupinya,dengan menutupi beberapa aebnya .walhasil seorang santri harus bisa menutupiaib temanya ataupun orang lain )mu’min) dan saling menjaga reputasinya masing-masing,.dan tidak menjatukan satu sama lain.
Yang kedua huruf (N/ن) mempunyai sambungan kata “نَاِئبُوْنَعَنِ الْعُلَمَاءِ” yaitu : santri sebagai pengganti para Ulama (Generasi penerus) yang akanmelanjutkan estafet perjuangan da’wah para kyai (Ulama). Karena ulama itusendiri adalah pewaris para nabi“اَلُعُلَمَاءُوَرَثَةُ اْلاَنْبِيَاءِ”. begitupula santri bisa diklaim sebagai pewaris para ulama, Saya teringat ketika masih duduk dibangku MAD (Madrasah Aliyah Diniyah ) dengan penjelasan yangdipaparkan oleh Al Mukarom KH.Subkhan Ma’mun yang dimaksud ulama disini adalah:“ اَلَّلِّذِيْنَ يَنْظُرُوْنَ اْلاُمَّةْبِِالَّرحْمَةْ” ya’ni: Orang-orang yang memandang umatnya dengan pandangan kasih sayang . seorangulama /kyai yag sejati itu mempunyai sifat rohmah terhadap apa yang menjaditanggung jawabnya ,memberikan pencerahan terhadap santrinya maupunmasyarakatnya, ulama mengamalkan dan mentransfer ilmunya kepadasantri-santrinya dengan harapan agar santrinya kelak menjadi orang yang bergunadan menjadi penerus/pengganti dirinya, dan menjadi inspirasi bagimasyaraakat sekitarnya, Negara maupun bangsa.
Yang ketiga huruf (T/ت) mempunyai sambungan kata “ تَاِركُوْنَعَنِ اْلمَعَاصِى ” yaituorang-orang yang meninggalkan ma’siat .Santri itu harus mempunyai usaha dan upaya untuk menjaga dan menguatkan fan-fan ilmunya yang sudah iahafalkan. Karena salah satu metode untuk menguatkan hafalan itu adalah denganmeninggalkan ma’siat (Tarkul ma’ashiy). dalam hal ini imam syafi’Ipernah mengadukan keluhan, tentang buruknya hafalan bliau, kepada gurunya (imamwaki’) dalam bait-bait sya’irnya.
شَكَوْتُاِلَى وَكِيْعٍ سُؤَ حِفْظِيْ # فَاَرْشَدَنِيْ اِلَى تَرْكِ اْلمَعَاصِى
فَاخْبَرَنِيْبِاَنَّ اْلعِلْمَ نُوْرٌ # وَنُُوْرُ اللهِ لاَيُهْدَي لِلْعَاصِي
“Aku pernah mengadu kepadasyekh imam waki’ tentang buruknya hafalanku
Kemudian beliau menyarankan agar aku meninggalkan ma’siat”
“Dan bliau menceritakan kepadakubahwa sesungguhnya ilmu itu cahaya
Dan cahaya Allah tidak akandiberikan kepada orang yang ma’siat”
Demikian pula perlu diperhatikan bahwa bahayanya ilmu itu adalah lupa ”اَفَةًُ اْلِعلْم الِّنسْيَانْ ”.
Yang keempat huruf (R/ر) mempunyai sambungan kata “ الَّرَاسِخُوْنَفِى اْلعِلْمِ ” . yaituorang-orang yang mendalami ilmunya . para santri telah mempelajari berbagai fan-fan ilmu, namun kebanyakan dari mereka hanya sebagian saja yangmampu dikuasainya secara mendalam. Hal ini memang ada baiknya sebagaimanaI’tibar yang dipaparkn oleh syekhuna Al Haj Drs. Achmad Syfa cholil Mpd,i ,bahwasanya “orang yang mencari ilmu itu ibarat nelayan yang sedangmencari/menjala ikan dilaut dan mendapatkan banyak berbagi macam jenis ikan,bahkan barang-barang bekaspun masuk dalam tirai jalanya”, namun sang nelayantetap memilih mana ikan yang lebih bagus dan lebih layak dijual ,mempunyai harga yang cukup mahal dan laku dipasaran. Hal ini juga berpihak padamaqolah orang a’rif yang pernah diungkapkan oleh Ustadzuna Al hajMu’ammar cholil Lc ,ya’ni :”Mengetahui satu hal, itu lebih baik dari padamengetahui banyak hal” subtansinya, mengandung arti yang sangatluas,, bahwa mempelajari satu fan ilmu lebih mendalam (menguasai) itulebih baik dari pada mempelajari berbagai macam fan ilmu, namun hanyasedikit-sedikit dan sepintas kilas saja yang mereka fahami secara perfect danmendalam .
Yang kelima huruf (Y/ ي) merupakan huruf abjad yang terakhir, yang mempunyaisambungan kata, “ يوصل⁄ إِيْصَالُاْلخَيْرِ لِلْغَيْرِ”yaitu : “Memberikan kebaikan /kemanfa’tan kepada orang lain “.Pernyata’an ini termasuk salah satu devinisi atau pengertian dari kemanfa’atansuatu ilmu, dan ini juga merupakan salah satu objek dan harapan bagisemua santri yang mempunyai kelurusan niatnya dalam mencari ilmu, dankeinginan untuk menjadi manusia yang tergolong dalam rankaian hadist :
“ خَيْرُالنَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنّاَسِ”.;
“Sebaik-baik manusia adalah orangyang bisa memberikan kemanfa’atan pada orang lain “
Ikhtitam
Begitulah hakikat kepribadian santri menurut pandangan sebagian ulama, yangdisinyalir dari penafsiran kata “SANTRI” itu sendiri, Namun tidak dapatdipunkiri melihat eksistensi santri zaman sekarang, yang hampir terkontaminasioleh perubahan zaman yang serba modern, seperti maraknya alat-alatcanggih,seperti “hp, yang hanya dalam satu genggaman tangan, bisa mengakses jaringan internet diseluruh dunia seperti jejaringan social facebook,twiter ,dan lain-lain Melihat fenomena seperti ini, bisa dianggap bahwa duniasekarang hanya dalam satu genggaman mos,hp, atau yang sejenisnya sudahsepatutnya kita menganalisa,”sudahkah atau bisakah kita mengimplementasikanhakikat kepribadian santri yang sebenarnya.”? Ataupun, hanya beberapa persennyasaja ?. kita sebagai manusia yang bisa berfikir, yang meyakinkan bahwaperubahan kepribadian seseorang akan terwujud sesuai dengan jerih payah usahanya, kita hanya sebagi manusia yang do’if hanya bisa merencanakan, gagalatau tidaknya, berhasil atau tidaknya, Allah lah yang menentukan,Dariketerangan diatas mungkin hanya beberapa persen saja yang bisa dipraktekan,namun bukan berarti suatu kegagalan masih ada kesempatan untuk berusahasemaksimal mungkin, dan bila mana memang kemampuannya hanya beberapa persennyasaja itu bukan suatu hal yang sangat disayangkan, karna nabi sendiri pernahbersabda :
“ اِذااَمَْرُتُكُمْ بِامٍْرفَاْءتُوْا مِنْهُ مَاسْتََطَعْتُم ”
“jika aku perintahkan kepadamu suatu perkara , maka laksanakanlahsemampunya”
Demikian pula dalam menjalankan suatu perkara yang termasuk dalam kata goriperintah (amr) kita jangan sampai menaf’ikan atau sama sekali tidakmenjalankan. Dalam qo’idah fiqih disebutkan
“ كُلُّشَيْئٍ لاَيُدْرَكُ كُلُهُ لاُيُتْرَكُ كُلُّهْ”
“segala sesuatu yang tidak bisadiraih seluruhnya maka janganlah ditinggalkan seluruhnya”
Dengan mengharap rido Allah SWT, penulis juga belum bisa mengimplementasikanhakikat santri yang sebenarnya, penulis hanya bisa menorehkan hasil pemikiranya melalui jari-jari kasar dan petikan keyboard , dengan gaya bahasaseadanya, namun penulis tetap bersikeras untuk berusaha dan berupayauntuk masa yang akan datang, agar lebih baik lagi dari sekarang, dan tergolongmenjadi orang-orang yang beruntung.
0 komentar:
Posting Komentar